Selasa, Juli 15, 2008

tulus atau fulus??

kata ini sangat menarik untuk kita bahas...
walaupun yang berbeda cuma 1 huruf di awal kata saja tetapi memiliki perbedaan arti yang sangat jauh... apalagi kalau dikaitkan dengan hati...
sekarang ini kita lihat banyak pejabat negara / calon pemimpin yang lain berbondong bondong ingin menjadi petinggi / pemimpin dengan alasan ingin membuat negara indonesia / partai / kelompoknya lebih baik..
jika keinginan ini menyangkut hajat hidup orang banyak maka sang calon pemimpin ini sudah pasti harus berkewajiban mensejahterakan orang banyak tersebut.
tapi ironisnya, keinginan untuk menjadi pemimpin ini bukan tulus untuk membantu orang lain tetapi ingin mendapatkan fulus???
SUNGGUH MEMALUKAN!!!!!!
apakah mereka tidak takut dengan pengadilan tuhan yang sangat adil dan berat ini????
kalau kita tinjau balik bagaimana cara kebanyakan pemimpin di indonesia ini menjadi pemimpin.... ya benar : waktu mencalonkan menjadi pemimpin mereka menghabiskan banyak uang untuk merebut simpati rakyat, merangkai visi dan misi yang tidak berlandaskan alquran dan sunnah (mungkin cuma omong kosong), dan lain sebagainya. perjalanan untuk menjadi pemimpin seperti ini kemungkinan akan menyebabkan mereka untuk 'mengembalikan' uang mereka dengan cara korupsi dan lain sebagainya...
sungguh jelek tabiat mereka ini... padahal dahulu khalifah umar bin khatab sewaktu menjabat sebagai pemimpin negara badannya samapai kurus kering karena memikirikan nasib rakyatnya terlebih dahulu...
kenapa sampai sedemikiannya??
ya, karena konsep 'la ilaha ilallah...' nya sangat kuat dan dia sangat takut terhadap pengadilan Tuhannya. siapat Tuhannya????
tuhannya adalah : ALLAH SWT.... ternyata Tuhannya sama dengan tuhan kita / pemimpin di Indonesia, tapi penghayatannya yang sangat berbeda dengan kita sekarang.
dari pelajaran di atas, saya akan berpendapat bahwa kebobrokan kita dan juga pemimpin kita ini disebabkan oleh :
- keserakahan manusia
- sangat mencintai dunia (harta, dll)
- tidak memahami alquran dan hadist
- harta yang kita dapat tidak halal sehingga kinerja kita juga menjadi mengarah ke hal yang tidak halal
- ilmu yang kita dapat juga haram. misalnya dengan jalan mencontek sehingga keberkahan itu hilang dari diri kita
- dll
kalau kita bandingkan salah satu contoh : presiden Iran (Mahmoud Ahmadinejad) yang selama menjabat menjadi presiden beliau membaur dengan rakyat jelata, membagikan gaji presidennya kepada rakyat kurang mampu, hanya memakai gaji dosen untuk kebutuhan sehari harinya, berani menolak kemungkaran, sederhana, dan masih banyak lagi...
bisa kah kita menjadi sosok seperti presiden Iran tersebut??

Tidak ada komentar:

Mengenai Saya

bandung, jawa barat, Indonesia
cuma orang biasa